Selasa, 16 September 2008

Kecil itu Bukan Kiamat

Menjadi orang besar? Siapa yang tidak mau. Termasuk saya, mungkin. Tapi, saya tidak melulu berpikir menjadi orang yang besar dan hidup di ketinggian. Di tempat tinggi anginnya kencang, Bung. Keluarga saya sudah mengalaminya. Kami semua tertiup angin, nyungsep dan sempat tidak sadarkan diri. Walaupun akhirnya kami semua sadar dan mulai naik lagi, tapi tidak mau terlalu tinggi. Ingat, di atas angginnya kencang, Bung.
Jika orang besar itu hanya harta dan jabatan yang jadi ukurannya, mending saya mulai berpikir jadi orang kecil. Kecil yang bersahaja. Bukan kecil yang parasit. Kecil yang bisa mengatur diri, bukan kecil yang hidup dalam kekosongan. Kecil yang damai, bukan kecil sengsara. Dan yang terpenting, kecil yang tidak munafik.
Harta? Uuhh I love that, but I don’t need too much. Cukup untuk memberikan saya ketenangan dalam menjalankan hidup. Jabatan? Ingat di atas angginnya kencang, Bung. Bukan saya puas dengan keadaan saat ini, tapi, sekali lagi, jadilah kecil yang terbaik.
Saya mencoba berfikir menjadi yang terkecil pun tidak masalah. Asalkan tidak menyusahkan orang lain. Saya mencoba bersyukur dan masih berusaha keras untuk tidak mengeluh atas situasi kekecilan saya ini.
Badan saya kecil (kurus) dan didiagnosa tidak bisa membesar, oke. Orang tua tidak kaya, oke. Gaji saya tidak gede, saya nikmatin kok. Saya tidak punya mobil pegangan seperti teman-teman saya, so what?, saya tidak bisa liburan ke Bali atau ke luar negeri, no problem. Yang terpenting saya punya diri saya, saya bisa hidup tentram dan damai dengan diri saya itu. Dan di atas segala situasi kekecilan ini saya percaya bahwa Tuhan sayang manusiaNya. Dia pasti memberikan semua yang kita perlu. Saya ingat perkataan bapak saya, bahwa orang besar adalah orang yang bisa menerima kenyataan hidup, dan tidak menyerah saat situasi menjadi lebih berat. Orang besar adalah seorang pejuang hidup. Seperti dia, kalau menurut saya.
Dan di atas situasi kekecilan saya ini, ternyata ada yang mau juga sama saya. Saya punya pacar, Bung. Hohoho..

Ternyata, kecil itu bukan kiamat, yah?! Dan besar bukan selalu menjadi hebat. Anda betul bung Samuel Mulya. Hohoho….

2 komentar:

Mohammad Ikhsan Shiddieqy mengatakan...

Anda benar-benar tajam, Bung. Tulisan anda membuktikan hal itu. Idealisme tanpa cela, begitu saya mengistilahkan. Sedikit saja idealisme itu hilang dari tulisan anda, maka tulisan anda akan jadi sampah busuk. Selamat berkarya, Bung. Iris semua ketidakadilan dengan ketajaman tulisan anda itu.

Anonim mengatakan...

Small is beautiful, like an old say mentions. I read your writting and my comment is only "good and sustain your idealism". You are journalist, so don't try to betray your idealism. Be a warrior for yourself, and you will find whatever you wants. Have you watched a film "killing field", what it told a story of a journalist from Washington Post. Imitate him to what he done for humanism erection. His effort in the last had delivered him to become a big name. Good luck and chiao