Senin, 26 November 2007

pilkadal

Pilkada Jabar 2008
Ajang Persaingan Nama-nama Lama
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat tahun 2008 yang menjadi kesempatan pertama dipilih langsung oleh masyarakat akan menjadi ajang seru persaingan politik nama-nama lama yang diusung oleh partai-partai besar. Pilkada kali ini memunculkan nama-nama politisi Jawa Barat yang tak asing lagi. Nama-nama seperti Danny Setiawan (Gubernur Jawa Barat), Nu’man Abdul Hakim (Wakil Gubernur Jawa Barat), dan Agum Gumelar (Mantan Menteri Perhubungan Kabinet Gotong Royong) serta UU Rukmana (Ketua Pimpinan Daerah Partai Golkar) akan ambil bagian dalam “kompetisi” Pilkada pada April mendatang.
Nama baru muncul untuk meramaikan persaingan. Ada Dede Yusuf (anggota DPR RI) yang disinyalir akan menjadi kuda hitam dalam keikutsertannya di Pilkada 2008, ia mendaftar di dua partai yakni Partai Golkar dan PAN. Muncul juga K.H Ahmad Heriawan (Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta) yang dipastikan menjadi Calon Wakil Gubernur oleh PKS, Rudi Harsya (Ketua DPD PDIP Jawa Barat) dan Irianto M.S Syafuddin (Bupati Kabupaten Indramayu) yang akrab dipanggil Yance.
Munculnya nama Agum Gumelar sedikit menggoyahkan kemapanan Danny Setiawan yang juga masih berusaha menarik perhatian publik melalui dukungan Partai Golkar untuk kembali memimpin propinsi dengan penduduk paling padat di Indonesia ini.Agum, hingga tulisan ini dibuat belum menentukkan kendaraan politik yang akan ia gunakan untuk menjadi Gubernur. Ia mengaku masih mempelajari konstalasi dan iklim politik di Jawa Barat serta melihat aspirasi masyarakat Jawa Barat terhadap dirinya untuk memutuskan kebijakannya.
PDIP, partai yang terang-terangan mengusung namanya, masih menunggu keputusan dan respon dari Agum yang juga sempat mencalonkan diri untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Namun juga muncul wacana politik, PPP juga mendekati Agum untuk dipasangkan dengan Nu’Man, yang memang kader dari partai berlambang kabah tersebut.
“belum ada perkembangan lebih lanjut, semuanya sudah diserahkan ke DPP. Di sana pun belum ada pembahasan. Nama calon akan muncul setelah dibahas di DPP” kata Rahardi Zakaria, Bidang Informasi dan Komunikasi PDIP Jawa Barat saat ditemui penulis di gedung sate Selasa (20/11).
PKS memunculkan nama K.H Ahmad Heriawan yang dicalonkan untuk menjadi Wakil Gubernur. Untuk Calon Gubernur, Yudi Widiana Adia, Sekretaris DPW PKS Jawa Barat mengatakan bahwa PKS akan mengusung nama dari luar partai. “kami mencari sosok yang populer di kalangan masyarakat Jawa Barat” ujarnya saat dihubungi penulis, Selasa (20/11).
Partai Golkar mengangkat nama Danny Setiawan dan UU Rukmana sebagai Calon Gubernur Jawa Barat, juga ada nama Dadang Garnida (Mantan Kapolda Jawa Barat) dan Dede Yusuf. Penentuannya akan ditentukkan oleh Rapat Tim Pilkada (Ratimda) Partai Golkar. “siapapun yang menjadi pemenang dalam Ratimda, ia akan ditentukkan sebagai Calon Gubernur, sedangkan Wakilnya akan ditentukkan dalam rapat pleno yang juga membicarakan agenda koalisi dengan partai lain” ujar UU Rukmana, Senin (19/11) di Bandung. Ada indikasi, Partai Golkar akan berkoalisi dengan partai lain dalam mencari nama untuk Wakil Gubernur. “Jalan sendirian itu sangat berat, jadi harus bersama dengan partai lain” kata UU Rukmana.
Menarik untuk ditunggu adalah koalisi partai-partai. Baik partai kelas atas yang memperoleh kursi tinggi di DPRD, maupun partai-partai kelas menengah yang mau tidak mau harus berkoalisi untuk mencalonkan salah satu nama.
Partai Golkar yang jelas-jelas kalah pada Pilkada di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat, tidak mau kembali menelan pil pahit di Pilkada Jawa Barat. Salah satu jalan untuk itu, Partai Golkar pun mengindikasikan untuk menjalin koalisi dengan partai lain. Adanya pertemuan silahturahmi antara PKS dan Partai Golkar, Senin (19/11) di salah satu restoran di Bandung mengindikasikan akan terbentuknya koalisi antara Partai Golkar dan Partai berbasis Islam tersebut.
“Tidak menutup kemungkinan kami akan melakukan koalisi dengan partai Golkar di tingkat propinsi, jika koalisi di daerah berhasil dilakukan. Bisa saja kami berkoalisi dengan partai manapun, tidak hanya dengan Golkar. Kami sedang menjajaki dan saling berkomunikasi dengan partai lain” kata Yudi kepada penulis. Ia juga mengungkapkan bahwa PKS tidak menunggu adanya peresmian pencalonan dari partai lain. “kami masih menjajaki hal yang cocok dengan misi kita” katanya.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Pius Sugeng mengatakan bahwa pilkada di Jawa Barat masih dalam genggaman partai kuat. Pada akhirnya nanti, ia menilai Partai Golkar dan PDIP akan bertarung sengit. “Golkar dan PDIP kuat dalam organisasi yang tersturktur, mereka tinggal memilih figur yang cocok, tidak hanya popular namun juga yang dapat memenuhi harapan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat” ujarnya saat ditemui penulis di kantornya.
Ia juga menilai kegagalan Partai Golkar dalam Pilkada di Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat dikarenakan partai itu tidak membangun relasi langsung pada konstituen yang fix. “semua lapisan masyarakat harus menjadi target partai. Karena dalam Pilkada masyarakat lah yang paling menentukan” ujarnya. Secanggih dan sehebat apapun system yang dianut partai, katanya, jika tidak membangun relasi yang kuat, partai tersebut akan kesulitan dalam menjaring suara.
Munculnya nama Agum Gumelar dalam pilkada Jawa Barat ini, menurutnya tidak akan menggeser popularitas Danny Setiawan sebagai incumbent. “incumbent sudah punya satu poin khusus. Mereka sudah punya popularitas di mata masyarakat. Walaupun banyak kelemahan yang akan menjadi referensi masyarakat. Seperti Danny yang namanya disebut-sebut dalam isu kavling gate walaupun masih praduga tak bersalah” ujarnya.
Agum pun, menurut Pius sudah punya image di mata masyarakat sebagai seorang yang terus berkompetisi dalam setiap pemilihan pemimpin. “namun ia selalu kalah, Agum adalah sosok yang siap dalam jabatan apapun, termasuk menjadi seorang Gubernur. Namun di mata masyarakat ia punya image yang selalu kalah dalam setiap kompetisi” katanya. Karena itu, lanjut Pius, sosok Danny lebih punya popularitas di mata masyarakat.
Dalam pemetaannya, Pius menilai bahwa partai besar seperti Golkar dan PDIP akan mengambil langkah berkoalisi dengan partai lain. “akan jauh lebih menguntungkan jika mengambil langkah untuk berkoalisi. Partai akan memperhitungkan peluang para calonnya” ujarnya.
Ada peluang, PDIP akan berkoalisi dengan PPP. “secara histories, dua partai ini punya kedekatan saat orde baru jadi tidak menutup kemungkinan, dua partai ini akan berkoalisi dengan memasangkan Agum dan Nu’man” katanya. Lanjutnya, Pius menandaskan Agum punya hubungan baik dengan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan.
Untuk Golkar, Pius menilai sosok Danny yang punya popularitas akan terus diusung. “mereka akan berkoalisi dalam mencari wakilnya” ujarnya. Golkar, katanya, akan berusaha untuk lebih berhati-hati memilih wakil jika PDIP jadi mengusung Agum Gumelar. Yang pasti, ujarnya, Golkar akan lebih berhati-hati dalam mengusung nama calonnya nanti.
Sementara itu, partai-partai yang tidak mempunyai jumlah kursi untuk mencalonkan Gubernur, seperti PAN, PKB, dan PBB, Pius menilai partai-partai tersebut bisa saja membangun koalisi untuk memunculkan nama baru. “namun itu tergantung bargaining politik partai-partai itu” tandasnya.
Namun ia berujar bahwa masyarakat saat ini tidak punya trust kepada partai politik. Ia mengatakan bahwa pemenangnya adalah sosok yang dapat melihat sejauh mana harapan dari masyarakat tentang kepemimpinan. “tentunya dengan melihat semua kasus di Jawa Barat seperti kemiskinan, perburuhan, pengangguran dan lingkungan hidup” ujarnya lagi.
Sekarang, semuanya terserah masyarakat Jawa Barat dalam memilih. Mereka punya referensi tersendiri tentang siapa pemimpin yang cocok untuk dirinya dan mereka mengharapkan calon yang dapat menyelesaikan semua yang mereka anggap sebagai masalah. (Krisiandi Sacawisastra)